Jumat, 24 Desember 2010

PERMUKIMAN KUMUH DI JAKARTA

MASALAH KLASIK YANG MASIH UP TO DATE

Hampir disetiap daerah di ibukota, dapat kita jumpai permukiman kumuh yang menyempil diantara bangunan-bangunan megah. Permukiman itu biasanya mengisi ruang-ruang kosong yang memang disediakan untuk Ruang Terbuka Hijau atau lahan serapan air. Contohnya bantaran kali yang kini sudah penuh dengan permukiman-permukiman sehingga menyebabkan berkurangnya Daerah Aliran Sungai (DAS). Perkembangan permukiman kumuh sudah sangat mengkhawatirkan, saat ini permukiman kumuh di Indonesia luasnya sudah mencapai 57,8 juta hektar. Melihat kondisi seperti ini perlu adanya gerakan dari pemerintah pusat untuk merelokasi permukiman kumuh khususnya di daerah Jakarta.



MENGAPA BANYAKNYA PERMUKIMAN KUMUH DI JAKARTA ???
Pesatnya perkembangan kota-kota besar diindonesia mendorong adanya arus migrasi penduduk besar-besaran. Hal inilah kemudian yang menjadi masalah yang tak kunjung selesai, mulai dari banyaknya pengagguran hingga kebutuhan tempat tinggal yang layak. Dijakarta pembangunan permukiman jelas kalah cepat dibanding pertumbuhan penduduk yang semakin padat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Permasalahan ledakan penduduk ini sudah menjadi masalah klasik yang belum juga diatasi secara menyeluruh. Sementara angka pengangguran di Jakarta terus merangkak naik dari tahun ketahun, hal ini jelas semakin mempengaruhi mempengaruhi kebutuhan permukiman. Akibatnya terjadi penurunan kualitas permukiman di Jakarta yang menyebabkan banyaknya permukiman kumuh.

Untuk itu diharapkan kepada pemerintah pusat untuk melakukan penataan kembali kawasan perkotaan dengan mencoba mengurangi permukiman kumuh ini dengan membangun rumah susun. Selain itu menurut Irhash Ahmady, aktivis lingkungan hidup yang bernaung dibawah bendera Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Ia menjelaskan bahwa ada dua macam cara untuk menangani permukiman kumuh seperti yang pertama adalah program jangka panjang, yaitu melakukan redistribusi kawasan, hal ini dimaksudkan agar semua kegiatan industry tidak fokus ke Jakarta saja, kota-kota satelit seperti Tangerang, Bekasi , Depok serta Bogor pun harus dimanfaatkan supaya Jakarta tidak kelebihan beban. Yang kedua adalah program jangka pendek, yaitu memangun kesadaran masyarakat untuk melakukan pengurangan resiko terhadap bencana yang biasanya ditimbulkan didaerah permukiman kumuh seperti banjir dan kebakaran.

1 komentar: